Daftar ke PayPal dan mulai terima pembayaran kartu kredit secara instan.

Jumat, 20 Januari 2012

Tangisan Haru Seorang Pedagang Hewan Qurban

Seorang pedagang hewan qurban berkisah tentang pengalamannya:
Seorang ibu datang memperhatikan dagangan saya. Dilihat dari penampilannya sepertinya tidak akan mampu membeli.
Namun tetap saya coba hampiri dan menawarkan kepadanya, “Silahkan bu…”, lantas ibu itu menunjuk salah satu kambing termurah sambil bertanya,”kalau yang itu berapa Pak?”.

“Yang itu 700 ribu bu,” jawab saya. “Harga pasnya berapa?”, Tanya kembali si Ibu. “600 deh, harga segitu untung saya kecil, tapi biarlah…… . “Tapi, uang saya hanya 500 ribu, boleh pak?”, pintanya. Waduh, saya bingung, karena itu harga modalnya, akhirnya saya berembug dengan teman sampai akhirnya diputuskan diberikan saja dengan harga itu kepada ibu tersebut.

Sayapun mengantar hewan qurban tersebut sampai kerumahnya, begitu tiba dirumahnya, “Astaghfirullah……, Allahu Akbar…, terasa menggigil seluruh badannya,karena melihat keadaan rumah ibu itu.

Rupanya ibu itu hanya tinggal bertiga, dengan ibunya dan puteranya dirumah gubug berlantai tanah tersebut.
Saya tidak melihat tempat tidur kasur, kursi ruang tamu, apalagi perabot mewah atau barang-barang elektronik,. Yang terlihat hanya dipan kayu beralaskan tikar dan bantal yang lusuh.

Diatas dipan, tertidur seorang nenek tua kurus. “Mak…..bangun mak, nih lihat saya bawa apa?”, kata ibu itu pada nenek yg sedang rebahan sampai akhirnya terbangun. “Mak, saya sudah belikan emak kambing buat qurban, nanti kita antar ke Masjid ya mak….”, kata ibu itu dengan penuh kegembiraan.

Si nenek sangat terkaget meski nampak bahagia, sambil mengelus-elus kambing, nenek itu berucap, “Alhamdulillah, akhirnya kesampaian juga kalau emak mau berqurban”.

“Nih Pak, uangnya, maaf ya kalau saya nawarnya kemurahan, karena saya hanya tukang cuci di kampung sini, saya sengaja mengumpulkan uang untuk beli kambing yang akan diniatkan buat qurban atas nama ibu saya….”, kata ibu itu

Kaki ini bergetar, dada terasa sesak, sambil menahan tetes air mata, saya berdoa , “Ya Allah…, Ampuni dosa hamba, hamba malu berhadapan dengan hamba-Mu yang pasti lebih mulia ini, seorang yang miskin harta namun kekayaan Imannya begitu luar biasa”.

“Pak, ini ongkos kendaraannya…”, panggil ibu itu,”sudah bu, biar ongkos kendaraanya saya yang bayar’, kata saya.

Saya cepat pergi sebelum ibu itu tahu kalau mata ini sudah basah karena tak sanggup mendapat teguran dari Allah yang sudah mempertemukan dengan hambaNya yang dengan kesabaran, ketabahan dan penuh keimanan ingin memuliakan orang tuanya…….

Untuk mulia ternyata tidak perlu harta berlimpah, jabatan tinggi apalagi kekuasaan, kita bisa belajar keikhlasan dari ibu itu untuk menggapai kemuliaan hidup. Berapa banyak diantara kita yang diberi kecukupan penghasilan, namun masih saja ada kengganan untuk berkurban, padahal bisa jadi harga handphone, jam tangan, tas, ataupun aksesoris yg menempel di tubuh kita harganya jauh lebih mahal dibandingkan seekor hewan qurban. Namun selalu kita sembunyi dibalik kata tidak mampu atau tidak dianggarkan.
sumber:Moef's Blog(Budi Ch Susanto)

Dai’ Kondang dan Mobil Mewahnya

Seorang da’i kondang memarkir sebuah mobil mewahnya di masjid.
Seorang lelaki mendekatinya sambil berkata
 “Bagus bener mobilnya ustad?
Gak takut hilang?” tanya lelaki itu sambil mengamati mobil mewah sang da’i.
 “Tidak! Mobil ini sudah kukunci dan di pasang alarm, selanjutnya tawakal kepada Allah pada penjagaan Nya!” kata da’i itu dengan mantap.
Lelaki itu bertanya lagi, “Yakin ustad?”.
Da’i itu mengangguk, “Ya!”.
Lelaki itu makin tersenyum sambil terus mengamati.
Da’i itu begitu bangga dengan mobil mewahnya. Lalu da’i itu mengajak si lelaki untuk sholat.
 “Mari sholat dengan saya? Saya jadi imam sholat di masjid ini.”
Si lelaki menggeleng, “Saya tidak mau jadi makmum anda. Anda tidak menyembah Allah.”
Da’i itu agak marah. “Kamu gila!” dan Da’i itu ngeloyor pergi.
Sepanjang sholat da’i itu teringat mobil mewahnya,bahkan ia khawatir lelaki yang selalu mengamati mobil mewahnya akan merusaknya sebab hal itu yg paling mungkin.
Kalau lelaki itu mencurinya pasti alaram mobilnya berbunyi.
Di percepatnya sholat dan do’a di akhir sholat.
Ia bergegas ke parkiran. Sang da’i bernapas lega.
Mobil mewahnya masih dalam keadaan baik di tempatnya.
Tetapi ia melihat si lelaki menyembah mobil mewahnya.
Da’i itu mendekati si lelaki. “Apa yg kamu lakukan? Kamu menyembah mobilku!”
Si lelaki berdiri dan menjawab. “Bukankah mobil ini yang anda ingat sepanjang sholat bukan Allah?” Lelaki itu terus pergi meninggalkan sang da’i terpaku.
Yah begitulah yang banyak terjadi dizaman ini,kecuali mereka yang benar2 tebal Imannya.
Harta,kekayaan bisa saja menjadi sebuah fitnah dan itu sesuatu yang paling dicintai manusia sesuai tabiatnya.
sumber:Moef's Blog(Mell Says, Facebook).